banner 728x250

Nilai Tukar Rupiah Sentuh Level Terendah, Dolar Melonjak ke Rp 15.850

Nilai Tukar Rupiah Sentuh Level Terendah, Dolar Melonjak ke Rp 15.850
Nilai Tukar Rupiah Sentuh Level Terendah, Dolar Melonjak ke Rp 15.850
Advertisements

Trendingpublik.Com, Ekonomi – Nilai tukar rupiah ambruk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Kamis (14/11/2024) di tengah inflasi AS yang kembali menanjak untuk periode Oktober 2024.

Melansir data Refinitiv, hari ini (14/11/2024) rupiah anjlok hingga 0,51% ke level Rp15.850/US$. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi di rentang Rp15.795/US$ hingga Rp15.795/US$.

Pelemahan ini adalah yang terparah sejak 12 Agustus 2024 lalu yang sempat berada pada level Rp15.950/US$ atau selama tiga bulan terakhir.

Sedangkan,Indeks Dolar AS (DXY) mengalami penguatan hingga 0,11% pada pukul 15.00 di posisi 106,59, sedikit tinggi dibandingkan angka penutupan sehari yang lalu yakni di posisi 106,48

Penguatan DXY kali ini adalah yang tertinggi sejak satu tahun lalu tepatnya pada 1 November 2024 yang sempat menyentuh level 106,884.

Pelemahan nilai tukar rupiah hari ini tidak hanya disebabkan oleh penguatan indeks dolar AS yang telah berlangsung sejak 8 November 2024, namun juga didorong oleh sentimen global dari AS, khususnya mengenai inflasi yang menunjukkan peningkatan.

Inflasi AS kembali naik pada Oktober 2024, mencapai 2,6% (year-on-year) dari 2,4% di bulan sebelumnya, kenaikan ini adalah yang pertama dalam tujuh bulan terakhir setelah inflasi cenderung menurun dari Maret hingga September 2024.

Pada saat yang sama, inflasi inti tetap berada di angka 3,3% (year-on-year) sama seperti bulan sebelumnya. Secara bulanan, inflasi umum dan inflasi inti tercatat di angka 0,2% pada Oktober 2024, sama dengan nilai pada September.

Keadaan ini semakin diperburuk dengan kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS, yang mana rencana kebijakan proteksionis dan tarif tinggi Trump diperkirakan akan memperbesar tekanan inflasi akibat kenaikan biaya impor.

Bagi Indonesia, peningkatan inflasi ini merupakan peringatan serius. Jika inflasi AS terus meningkat, maka kemungkinan Federal Reserve untuk melanjutkan penurunan suku bunga secara agresif menjadi kecil.

Saat ini, pasar semakin meragukan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember mendatang.

Berdasarkan CME FedWatch Tool, ekspektasi penurunan suku bunga telah turun dari 82,73% menjadi hanya 58,7%. Kenaikan inflasi yang berlanjut serta tekanan harga akibat kebijakan tarif Trump menunjukkan bahwa suku bunga AS mungkin akan bertahan tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Hal ini berpotensi memicu capital outflow dan membatasi ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga BI. (tp)