Trendingpublik.Com, Gorontalo – Aksi Menteri Sosial Tri Rismaharini saat memarahi dengan menunjuk-nunjuk salah satu pendamping PKH di Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Kamis 30/9/2021, viral di media sosial.
Hal ini pun membuat Gubernur Gorontalo Rusli Habibi merasa tersinggung dengan ulah emosional Mensos Risma, yang menunjuk-nunjuk warganya saat berkunjung di Kota Gorontalo.
Orang nomor satu di Gorontalo itu menilai sikap Risma sangat tidak baik dan tidak patut dilakukan. Selain sebagai seorang ibu, sambung dia, Risma berpangkat menteri telah memberi contoh buruk bagaimana seorang pejabat negara bersikap. Sebagai seorang Menteri seharusnya mampu mengendalikan emosi di depan umum.
“Saya saat melihat video itu sangat prihatin. Saya tidak memprediksi seorang ibu menteri, sosial lagi, memperlakukan seperti itu. Contoh yang tidak baik,” buka Rusli usai menghadiri acara Survei Indeks Kepuasan Masyarat Terhadap Kinerja Pemerintah bertempat di Hotel Maqna, Jumat (1/10/2021), dikutip dari laman resmi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo.
“Pangkat, jabatan harus kita jaga. Tidak ada artinya pangkat ini semua kita tinggalkan. Kalaupun toh dia salah ya dikoreksi, di depan umum lagi,” ucap bupati Gorontalo Utara periode 2008-2012 tersebut.
Terkait aksi Risma yang marah-marah ke warga, Rusli mengaku, telat mendapat informasi tersebut. Peristiwa Risma marah terjadi ketika pemprov dan pemerintah kabupaten/kota se-Gorontalo sedang melakukan pemadanan data bantuan sosial. Adapun Rusli pada saat bersamaan sedang mendampingi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto kunjungan kerja ke Kabupaten Boalemo.
Salah satu pendamping PKH yang ditunjuk-tunjuk Risma menjelaskan, ada warganya yang terdata, tapi saldonya kini tidak pernah lagi terisi. Hal itu diduga membuat mantan wali kota Surabaya itu naik pitam.
“Pendamping PKH itu menyampaikan kepada ibu menteri ada nama nama ini saldonya kosong karena informasinya sudah dicoret. Itu yang bikin naik darahnya,” jelas Rusli.
“Boleh lah emosi, tapi jangan kelakuan seperti itu dong. Itu pegawai saya, meskipun dia pegawai rendahan, tapi manusia juga. Saya alumni STKS, tahun 80-an sudah kenal menteri Nani Soedarsono, para dirjen, tapi tidak ada yang sikapnya begitu. Saya tersinggung, saya enggak terima,” kata Rusli dengan nada ketus.
Sebelumnya awal mula kasus itu terjadi kala pencoretan data Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) karena saldo di rekeningnol rupiah. Pejabat Kemensos yang hadir dalam rapat menyampaikan jika pihaknya tidak pernah mencoret data KPM PKH.
Mendengar pemaparan itu, Mensos Risma meninggalkan kursi dan mendekati pendamping PKH tersebut, yang ikut rapat. “Jadi bukan kita coret, ya! Kamu tak tembak, ya, tak tembak kamu!” ujar Risma dengan mengarahkan pulpen ke dada sang petugas. (rdks)