Jakarta – Sosok Seyran Ates tengah jadi sorotan usai menjadi imam di Masjid Ibn-Rushd-Goethe, Berlin, Jerman. Ia merupakan pendiri serta imam perempuan masjid yang dianggap paling liberal. Keberadaan masjid itu memicu kemarahan umat Muslim.
Bagaimana tidak memicu kemarahan umat muslim. Di masjid yang didirikan di dalam Gereja Lutheran itu, semua muslim dari berbagai sekte diterima untuk beribadah. Bahkan para anggota komunitas LGBT juga dipersilakan beribadah berdampingan.
Tak cuma itu, saat salat, antara jemaah pria dan wanita juga tidak ada sekat pemisah. Baik laki-laki maupun perempuan boleh salat berdampingan. Hal itu akhirnya menjadi kontroversi. Bahkan Ates kerap mendapat ancaman pembunuhan.
Jauh sebelum Ates, ada sosok imam perempuan yang juga menuai kontroversi umat Muslim. Ia adalah Amina Wadud. Wanita asal Maryland, Amerika Serikat itu dengan lantang menyuarakan kesetaraan gender bagi umat muslim. Termasuk salah satunya dalam hal beribadah.
Amina mulai jadi sorotan ketika dirinya menjadi imam salat Jumat di sebuah bangunan gereja Anglikan, New York. Salat diikuti lebih dari 100 jemaah pria dan wanita. Amina menjadi pengkhotbah sekaligus imam.
Dalam khotbahnya, seperti dilansir BBC, Amina mengatakan,”Isu tentang kesetaraan gender adalah yang paling penting dalam Islam. Sayangnya umat Muslim memiliki pandangan yang interpretasi yang terlalu sempit.”
Para pemuka Islam pun dibuat geram oleh apa yang dilakukan Amina. Menurut mereka, Amina telah bertentangan dari ajaran agama Islam.
Perempuan yang juga Profesor Kajian Islam di Virginia Commonwealth University itu kembali menjadi imam pada salat Jumat di Wolfson College, Oxford, Inggris pada 2008 lalu.
Kontroversi dan kecaman turut menghampiri di kehidupan Amina. Namun ia tetap tegas dengan pandangannya tentang prinsip kesetaraan dalam beribadah.
(Editor)