Trendingpublik.Com – Afrika merupakan benua yang kaya akan budaya dan sumber daya alam, namun Benua Afrika juga banyak mengalami ketidak stabilan politik yang sering kali berakhir dengan kudeta dan kekerasan akibanya banyak korban jiwa bahkan kepala Negara atau Presiden di benua tersebut banyak terbunuh dengan berbagai alasan, mulai dari perang antar suku dan bahkan dihianati oleh pengawalnya sendiri.
Berikut beberapa presiden di Benua Afrika yang di kudeta hingga bernasip tragis
Sylvanus Olympio Presiden Negara Togo
Sylvanus Olympiomerupakan tokoh yang sangat penting dalam perjalanan kemerdekaan negara Togo, dirinya memiliki kepemimpinan yang luar biasa, dimana dia menjadi tokoh utama dalam gerakan kemerdekaan negara Togo, karena caranya dinamis dan pidatonya yang sangat menarik membuat dirinya mendapat dukungan dari rakyat untuk mengakhiri penjajahan Prancis.
Di tahun 1960 Sylvanus Olympioberhasil membawa negara Togo memerdekankan dirin dari Prancis dan menjadikanya presiden pertama dinegaranya. Namun kemerdekaan membawa tantangan baru, dimana Sylvanus Olympio harus mengutamakan kontrol pusat yang menyebapkan beberapa kelompok terutama militer merasa tidak di perhatikan sama sekali, sampai akhirnya pada awal tahun 1963 masalah ekonomi dan ketidakpuasan dari kelompok militer yang terpinggirkan menciptakan suasana yang dianggap untuk perubahan.
Puncaknya pada tanggal 13 Januari 1963 militer melakukan kudeta besar-besaran yang menyebapkan Sylvanus Olympio harus terbunuh, saat pagi hari militer melakukan penangkapan di kediamanya, namun dirinya sempat melarikan diri menuju ke kedutaan Amerika Serikat untuk meminta perlindungan, tapi sayang pihak kedutaan menolak Olympio yang membuatnya terbunuh saat berada di luar kedutaan Amerika Serikat.
Samuel Kanyon Doe Presiden Liberia
Samuel Kanyon Doemenjadi preseiden setelah menggulingkan presiden sebelumnya yaitu William R Robert dalam sebuah kudeta. Samuel Kanyon Doetidak mengiginkan cara orang Amerika Liberia, dimana keturunannya dari budak yang dibesarkan di Amerika yang menguasai Liberia sejak Negara itu didirikan pada tahun 1822.
Pada tahun 1980 terjadi kudeta dimana Samuel Doe dan sejumlah kelompok tentara menyerang tampat tinggal presiden William R Robert yang kemudian membunuhnya, sejak kejadian itu dirinya menjadi pemimpin negara tersebut.
Pada pemilihan presiden yang dilakukan tahun 1985 di kembali menang, tetapi banyak rakyat yang tidak percaya dengan pemilihan tersebut. Saat dalam masa pemerintahanya Samuel Doe penuh dengan masalah terutama pada bidang ekonomi Liberia yang memburuk, di saat inilah dirnya dituduh korupsi dan keberpihakanya pada orang-orang dari sukunya sendiri untuk menduduki posis-posisi penting di kenegaraan yang membuat suku lain tidak senang dengan kepemimpinanya.
Di akhir tahun 1989 terjadi pemberontakan terhadap Samuel Doe, para pemberontak menyerbu ibu kota yang menyebapkan perang saudara tak terhindarkan. Pada September 1990 Samuel Kanyon Doeharus terbunuh di tangan pemberontak.
Marien Ngouabi Republik Rakyat Konggo
Marien Ngouabimerupakan pemimpin muda yang lahir pada tanggal 31 Desember 1938 di Republik Kongo, Sebagai seorang yang karismatik juga berpengalaman di militer yang mengajarkan disiplin dan strategi sehingga membentuk dasar kepemimpinannya, dia merupakan presiden yang percaya kuat pada prinsip-prinsip sosialis sebagai jalan menuju kebebasan dan kemajuan bagi negara-negara Afrika pasca kolonial.
Marien Ngouabimenjadi presiden pada tahun 1969 di mana pada saat kondisi politik tidak stabil dan sering terjadi kudeta. Selama masa kepemimpinannya dia mengubah negara menjadi Republik Rakyat Kongo yang mencerminkan pendekatannya kepada sosialisme. Bahkan dia juga berusaha untuk mengurangi perbedaan suku dan memperkuat kesatuan nasional. Namun dirinya sering dihadapkan dengan perlawanan, kekayaan minyak negara yang seharunya menjadi berkah malah menjadi sumber konflik dengan berbagai kelompok yang berusaha mengontrolnya.
Pada tanggal 18 Maret 1977 Marien Ngouabidibunuh di Brazzeville, pembunuhan Marien Ngouabi sendiri diselimuti berbagai teori konspirasi, banyak yang percaya dirinya di bunuh oleh lawan-lawan politiknya ada juga yang berpendapat bahwa kematiannya karena keterlibatan negara asing.
Patrice Emery Lumumba Republik Demokratik Kongo
Patrice Emery Lumumbamerupakan tokoh penting dalam sejarah Kongo dan Afrika, dirinya merupakan pemimpin nasionalis sekaligus Perdana Menteri pertama Republik Demokratik Kongo setelah merdeka dari Belgia pada tahun 1960. Patrice Emery yang bisa dibilang memiliki kisah sangat mengerikan bahkan dibilang kasus pembunuhannya adalah salah satu yang paling tragis sekaligus paling kontroversial.
Patrice Emery ditangkap pada bulan Desember 1960 beberapa bulan setelah kemerdekaan Kongo, setelah penangkapannya dia di siksa dan dibunuh dengan cara di tembak pada tanggal 17 Januari 1961. Pembunuhan ini terjadi dalam konteks perang dingin dan konflik internal dan campur tangan beberapa kekuatan asing termasuk Belgia dan juga Amerika Serikat.
Dalam upaya menghilangkan jejak pembunuhan dirinya, seorang Perwira membongkar kuburan Patrice Emery dan kemudian melarutkan mayatnya dengan menggunakan asam sulfat, tujuan dari aksi tersebut untuk mencegah makam Lumumba menjadi tempat peringatan ataupun simbol perlawanan.
Melchior Ndadaye Presiden Brundi
Melchior Ndadayemerupakan Presiden pertama Negara Brundi yang terpilih secara demokratis pada tahun 1993, terpilihnya menjadi presiden merupakan tonggak sejarah politik Brundi, karena menandai transisi kekuasaan yang damai sejak negara itu merdeka dari Belgia pada tahun 1962.
Sayangnya masa jabatannya berakhir dengan tragis hanya beberapa bulan terpilih, pada bulan Oktober 1993 Melchior Ndadayedibunuh selama kudeta yang dipimpin faksi militer yang didominasi oleh tutsi, teman-teman Melchior Ndadayediculik bersama dengan orang-orang pemerintahannya yang kemudian di bawah ketempat rahasia yang akhirnya semuannya dibunuh.
Meskipun gerakan kudetanya gagal di lakukan, tetapi presiden Melchior Ndadaye tidak bisa diselamatkan. Akibat dari terbunuhnnya Melchior Ndadayenegara Brundi terjerumus ke dalam kekacauan perang sipil yang berlangsung selama satu dekade, akibat perang sipil tersebut menyebapkan ratusan ribu korban jiwa meninggal dunia.
Juvenal Habyarimana Presiden Ruwanda
Presiden Ruwanda Juvenal Habyarimana merupakan salah satu pemicu gonosida di negara tersebut. Pembunuhannya terjadi pada tanggal 6 April tahun 1994 saat sang Presiden sedang berada dalam pesawat bersama dengan presiden Brundi. Pesawat yang membawa kedua presiden itu ditembak menggunakan roket.
Pembunuhan presiden Ruwanda itu dikaitkan dengan ketegangan etnis antara mayoritas Hutu dan minoritas Tutsi. Habyarimana yang berasal dari etnis Hutu sebelumnya telah mendominasi politik Ruwanda dengan kebijakan yang sering mendiskriminasi Tutsi.
Ditahun-tahun menjelang pembunuhan Habyarimana ada tekanan internasional yang bertujuan untuk mendorong rekonsiliasi etnis dan pembagian kekuasaan di Ruwanda, hingga pada Agustus 1993 Habyarimana menandatangani perjanjian Arusa yang dimaksudkan untuk mengakhiri perang saudar antara pemerintahy Ruwanda dan juga front patriotik Ruwanda.
Syangnya para extrimis Hutu justru melihatnya sebagai penghianatan, pada saat pesawatnya ditembak, hal itu segara dipandang sebagai upaya kudeta oleh pihak-pihak yang tidak puas dengan perjanjian perdamaian tersebut, sampai akhrinya memicu tindakan balas dendam yang mengakibatkan ribuan orang tewas dalam waktu kurang dari 100 hari.
Joao Bernardo Vieira Presiden Guinea-Bissau
Pada malam menjelang hari Senin tanggal 2 Maret 2009 terjadi dua peristiwa besar di Guinea-Bissau yang tidak akan dilupkan warganya dimana pada saat itu Kepala Staf Angkatan Bersenjata yakni Tagme Na Wale tewas karena ledakan bom dimarkas militer, kemudian beberapa jam setelahnya sekelompok tentara mengepung rumah Presiden Joao Bernardo Vieira dan menembak sang presiden.
Pasukan militer menyalahkan presiden Joao Bernardo Vieira atas kematian Tagme Na Wale, dimana pada bulan sebelumnya Tagme Na Wale menuduh Joao Bernardo Vieira harus bertanggung jawab atas upaya pembunuhan terhadap dirinya, kemudian pada tahun 2006 Joao Bernardo Vieira dituduh tidak memberikan gaji tambahan kepada militer yang seharusnya didapat dari dana sumbangan Senegal untuk melawan kelompok separatis.
Sayangnya masalah tersebut akhirnya berbuntut panjang karena Uni Eropa dan juga organisasi internasional lainya harus mengkritik politik di Negara Guinea-Bissau dan meminta semua orang untuk menghormati demokrasi. (Rdks-TP)