Penyebap Terjadinya Krisis yang Menghantam Inggris

Penyebap Terjadinya Krisis yang Melanda Inggris
Advertisements

Trendingpublik.Com, Internasional — Sejak pekan lalu, pemberitaan media asing ramai soal Inggris. Negeri Ratu Elizabeth itu sedang dilanda krisis.

Krisis ini ditandai dengan harga energi yang melambung. Listrik di negeri itu mahal, bukan hanya membuat konsumen rumah tangga menjerit tapi juga industri.

Ini diikuti dengan permasalahan rantai pasokan kebutuhan. Bukan hanya makanan yang hilang dari rak-rak supermarket, bahan bakar minyak (BBM) juga langka.

Hal ini pun memicu “peringatan” bahwa musim dingin tahun ini mungkin akan sangat sulit di negara tersebut. Apalagi saat itu, kebutuhan masyarakat seperti energi untuk pemanas hingga bahan makanan akan mengalami peningkatan yang pesat.

Krisis yang terjadi di Inggris ini disebabkan oleh dua hal utama. Pertama, kenaikan harga gas alam dan kedua, permasalahan distribusi terkait dengan aturan imigrasi baru.

Krisis di Inggris dimulai dari krisis gas yang menghantam Eropa. Harga gas melambung tinggi di kawasan tersebut bahkan naik 250% sejak Januari 2021.

Salah satu alasan mengapa harga mengalami kenaikan adalah dibukanya kembali ekonomi negara-negara setelah penguncian akibat Covid-19. Ini dikombinasikan dengan masuknya musim dingin, yang mendorong permintaan lebih tinggi, baik di Eropa maupun Asia.

Pasokan gas juga berkurang akibat penghentian produksi di fasilitas milik Amerika Serikat (AS). Ini juga akibat pengetatan aturan pasar karbon di Uni Eropa (UE).

Ada juga isu manipulasi perusahaan gas Rusia, Gazprom, untuk mendongkrak harga. Belum lagi listrik tenaga angin yang tak maksimal berfungsi saat musim dingin.

Akibat hal ini, sejumlah negara terpukul keras, di antaranya Inggris. Di negeri itu, tagihan listrik warganya saat ini merupakan yang paling mahal di Eropa.

Tarif listrik telah naik tinggi, bahkan mencapai 475 pound atau sekitar Rp 9,3 juta. Harga kontrak pembelian listrik juga mendekati rekor tertinggi di Inggris, karena banyaknya listrik yang diimpor dari Prancis.

Tak sampai di situ saja, industri energi pun terancam bangkrut berjamaah. Harga produksi listrik rata-rata 291,18 euro (Rp 4,8 juta) per megawatt-jam.

Kenaikan harga gas telah berimbas pada ditutupnya dua pabrik pupuk besar di Teesside dan Cheshire tutup. Pabrik ini diketahui menghasilkan karbon dioksida (CO2) sebagai produk sampingan.

CO2 digunakan untuk penyembelihan dan sistem pendingin guna memperpanjang stok makanan, seperti daging, unggas bahkan minuman bersoda. Kepala Eksekutif Asosiasi Pengelola Daging di Inggris mengatakan dua minggu lagi kemungkinan produk-produk akan menghilang di rak-prak supermarket.

“80% babi dan unggas disembelih dengan proses ini,” tegasnya, dikutip Sky News.

Hal sama juga dikatakan perusahaan penyuplai makanan Inggris, Bernard Matthews dan 2 Sisters Food Group. Pasokan kalkun untuk Natal misalnya terancam.

“Sekarang tanpa pasokan CO2, Natal bisa batal,” kata pemilik perusahaan Ranjit Singh Boparan.

Gangguan Distribusi

Di saat harga gas naik, Inggris juga mengalami gangguan distribusi. Gangguan ini disebabkan oleh kurangnya jumlah supir truk di negara itu akibat peraturan imigrasi yang semakin ketat pasca Brexit.

Hal ini membuat supir truk yang kebanyakan merupakan imigran, harus segera pulang ke negaranya. Ini membuat pengiriman menjadi terhambat.

Harga gas alam yang semakin mahal membuat kendaraan bermotor harus bersaing dengan industri untuk bertahan hidup. Mahalnya harga gas alam, yang melonjak 35,44% dalam sebulan terakhir, membuat dunia usaha berpaling ke bahan bakar minyak (BBM) sebagai sumber energi.

Namun pasokan yang sedikit karena rantai distribusi terganggu akibat minimnya supir, tak bisa memenuhi kebutuhan ini. Alhasil mulai terlihat antrean panjang kendaraan yang ingin mengisi bahan bakar.

BP, raksasa migas Negeri Big Ben, mengungkapkan bahwa hampir sepertiga SPBU kehabisan dua jenis bahan bakar utama. Senin (27/9/2021), dilaporkan bagaimana BBM kosong dan antrean mengular di SPBU negeri itu.

“Dengan tingginya permintaan dalam beberapa hari terakhir, kami memperkirakan sekitar 30% SPBU tidak memiliki persediaan bahan bakar utama. Kami akan mengupayakan pasokan kembali tersedia secepat mungkin,” sebut pernyataan tertulis BP.

Lonjakan harga gas dipastikan akan menyebabkan lebih banyak kebangkrutan perusahaan. Pemerintah Inggris pun mempertimbangkan pinjaman bailout untuk pemasok energi.

Menteri Bisnis Kwasi Kwarteng bertemu dengan perusahaan energi Inggris untuk memastikan masalah ini. Berusaha meyakinkan publik, Perdana Menteri (PM) Boris Johnson juga mengatakan krisis harga hanya akan terjadi sementara.

Di sisi lain perusahaan pembangkit listrik pun bergerak kembali membangkitkan pembangkit listrik tenaga uap batu bara (PLTU). Salah satunya Drax, yang memiliki PLTU terbesar di negeri itu.

“Fasilitas ini (PLTU) telah memenuhi peran penting dalam menjaga lampu warga agar tetap menyala saat sistem energi berada di bawah tekanan yang cukup besar,” kata Drax.

“Kami sadar, negara ini mungkin memiliki masalah mendesak sekarang dan jika ada sesuatu yang dapat dilakukan Drax, kami akan melakukannya,” tegas Chief Executive Will Gardiner kepada Financial Times.

Drax sendiri sebenarnya telah menyatakan beralih ke biomass tahun ini. Hal tersebut terjadi di tengah tekanan untuk membantu mengatasi perubahan iklim.

Tentara Diturunkan dan Intensif Supir

Sementara itu, untuk persoalan distribusi, Inggris juga mengatakan bahwa militer akan disiagakan untuk menjadi pengemudi truk tanker untuk membantu menstabilkan rantai pasokan. Ini dilakukan baik untuk mengamankan barang seperti makanan maupun BBM.

“Sementara industri bahan bakar memperkirakan permintaan akan kembali ke tingkat normal dalam beberapa hari mendatang, kami mengambil langkah pencegahan yang masuk akal ini,” katanya Menteri Bisnis Kwarteng awal pekan.

“Jika diperlukan, pengerahan personel militer akan memberikan rantai pasokan dengan kapasitas tambahan sebagai tindakan sementara untuk membantu meringankan tekanan yang disebabkan oleh lonjakan permintaan bahan bakar di tingkat lokal.”

Selain itu, London juga memperpanjang sertifikat supir truk tanker hingga Januari mendatang. Di Inggris, setiap supir truk pengangkut bahan-bahan mudah terbakar diketahui memiliki sertifikat ADR yang memiliki masa berlaku.

Sementara itu, mengutip Reuters, hingga Rabu (29/9/2021), antrean panjang masih terjadi di SPBU di London. Jurnalis setempat mengatakan kendaraan berjejer sejak jam 06:00 di London utara dan jalan raya M25.

Exit mobile version