Media Internasional Soroti Indonesia Pasca Jokowi Pensiun

Media Internasional Soroti Indonesia Pasca Jokowi Pensiun, Foto : Presiden RI Joko Widodo
Advertisements

Trendingpublik.Com, Internasional  — Tidak lama lagi Joko Widodo, atau yang lebih akrab disapa Jokowi, akan meninggalkan kursi Presiden Indonesia setelah dua periode kepemimpinan yang berdampak besar di dalam negeri dan di mata dunia.

Media ekonomi asal London, The Economist, merilis artikel berjudul “What will Indonesia look like after Jokowi leaves?” yang mengulas peran dan prestasi Jokowi selama masa kepemimpinannya, serta spekulasi tentang masa depan Indonesia setelah kepergiannya.

Selama kepemimpinan Jokowi, Indonesia mendapat pengakuan sebagai negarawan global. Ia menjadi tuan rumah KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Jakarta dan berpartisipasi dalam KTT para pemimpin G20 di Delhi.

Selain itu, kesederhanaan dan gaya kepemimpinan yang lembut membuat Jokowi disukai oleh banyak orang, dengan peringkat persetujuannya mencapai sekitar 80%. Bahkan, The Economist menyamakan pencapaian tersebut hanya bisa didekati oleh Perdana Menteri India, Narendra Modi.

Meskipun prestasi Jokowi tercatat dalam berbagai bidang, ada beberapa ketidakpastian yang menghantui warisannya dan masa depan Indonesia:

Pertumbuhan Ekonomi: Di bawah kepemimpinan Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia dianggap cukup baik. PDB tumbuh sebesar 43% dalam sembilan tahun terakhir, terutama karena pembangunan infrastruktur besar. Tantangan selanjutnya adalah apakah pertumbuhan ini dapat dipertahankan.

Pengganti yang Memiliki Kesinambungan Kebijakan: Spekulasi mengenai siapa yang akan menggantikan Jokowi menjadi pertanyaan kunci. Pertanyaan besar adalah apakah pengganti Jokowi akan meneruskan kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan selama pemerintahannya.

Peran di Dunia yang Terpecah: Jokowi berhasil menjaga tindakan penyeimbangan di dunia yang terpecah. Pertanyaan besar adalah apakah Indonesia dapat mempertahankan peran pentingnya di arena global setelah Jokowi.

Rekor Ekonomi yang Mencolok

Salah satu capaian besar era Jokowi adalah pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan tercepat kelima di antara 30 negara ekonomi besar dunia sejak Jokowi menjabat pada 2014.

Hal ini terutama berkat pembangunan infrastruktur yang besar, yang mencakup bandara, pelabuhan, pembangkit listrik, bendungan, serta ribuan kilometer jalan raya dan jalur kereta api.

Proyek Ibu Kota Baru (IKN) Nusantara

Proyek Ibu Kota Baru yang diberi nama Nusantara adalah salah satu proyek strategis yang diinisiasi oleh Jokowi. Proyek ini menciptakan ketidakpastian, terutama karena pemilu bisa memengaruhi nasibnya.

Jokowi berpendapat bahwa proyek ini penting karena Jakarta diperkirakan akan tenggelam pada tahun 2050. Meskipun proyek senilai US$34 miliar ini diumumkan lebih dari empat tahun yang lalu, belum ada investor asing yang menandatangani kontrak yang mengikat untuk mendanainya.

China dan Amerika Serikat

Jokowi diakui mampu menarik investasi asing, dengan investasi asing meningkat hingga 45% pada tahun 2022. Namun, sebagian besar investasi tersebut berasal dari China, yang memunculkan ketidakpastian geopolitik.

Hubungan dengan Amerika Serikat juga menjadi perhatian, karena eratnya hubungan dengan China membuat kesepakatan dengan AS sulit dicapai.

Calon Presiden Baru

The Economist juga mencermati profil calon presiden potensial yang akan bersaing pada pemilihan tahun depan. Prabowo Subianto, yang sebelumnya dua kali kalah dalam pemilu melawan Jokowi, menjadi salah satu calon.

Ganjar Pranowo, mantan gubernur Jawa Tengah, juga muncul sebagai calon yang serius, dengan fokus pada reformasi ekonomi. Sementara itu, Anies Baswedan, mantan gubernur Jakarta, mendapatkan dukungan dari organisasi masyarakat sipil Muslim terbesar di negara tersebut, membuka kemungkinan terjadinya persaingan tiga pihak.

Ganjar dan Prabowo kemungkinan akan mempertahankan kebijakan-kebijakan Jokowi, termasuk larangan ekspor bahan mentah dan proyek IKN. Namun, keberhasilan seorang calon presiden tidak hanya tergantung pada kebijakan, tetapi juga pada kepribadian dan dukungan yang mereka dapatkan.

Dalam konteks Indonesia, pemilu lebih mementingkan kepribadian ketimbang kebijakan, dan dengan berbagai tantangan di depan, Indonesia harus memilih pemimpin yang mampu menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta menjaga peran strategisnya di dunia yang terus berubah. (Rdks-TP)

Exit mobile version