Trendingpublik.Com, Jakarta – Pilpres Indonesia yang akan diadakan tahun depan telah menjadi sorotan utama di berbagai media, termasuk media asing. Salah satunya, Channel News Asia (CNA) dari Singapura, baru-baru ini mengulas dominasi Prabowo Subianto dalam sejumlah survei calon presiden RI. CNA juga mengamati bagaimana Prabowo mampu melampaui popularitas Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Menurut Liam Gammon, Research Fellow di East Asian Bureau of Economic Research di Australian National University, keunggulan Prabowo dalam survei dapat dihubungkan dengan asosiasinya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi masih mempertahankan popularitas tinggi dengan tingkat kepuasan mencapai 81,9%. Gammon mengungkapkan pandangannya bahwa ketegangan hubungan antara Ganjar dan Anies dengan Jokowi menjadi keuntungan signifikan bagi Prabowo.
“Presiden Indonesia Joko Widodo perlu diakui atas komitmennya terhadap tradisi lama politisi Jawa dalam mengkomunikasikan niat mereka melalui simbol dan isyarat,” tulis Gammon dalam sebuah tulisan opini yang dikutip pada Jumat (18/8/2023).
Gammon melanjutkan, “Ganjar, sebagai anggota partai nasionalis PDIP seperti Widodo, menghadapi beban akibat kedekatannya dengan ketua umum PDIP dan mantan presiden Megawati Soekarnoputri. Megawati merupakan tokoh polarisasi elektoral yang memiliki hubungan tegang dengan Jokowi.”
Tentang Prabowo, Gammon menyatakan bahwa Prabowo telah menegaskan komitmennya pada kelanjutan program-program pembangunan yang digulirkan oleh Jokowi. Ia sering terlihat berkolaborasi dengan Jokowi, bahkan foto keduanya menjadi viral di media sosial.
“Prabowo telah meraih manfaat dari interaksi berulang dengan media, yang secara disengaja memperlihatkan hubungannya yang erat dengan presiden yang populer,” tambahnya.
Gammon juga membahas kebijakan Jokowi terkait hilirisasi industri sebagai warisan utama, selain rencana pemindahan ibu kota ke Nusantara. Ia berpendapat bahwa Prabowo mungkin akan meningkatkan kemampuan diplomasi internasional jika terpilih. Meskipun demikian, Gammon mengakui hal ini bisa menjadi pedang bermata dua, bergantung pada seberapa kuat Prabowo mempertahankan retorika nasionalis yang telah muncul dalam karir politiknya.
Meskipun memiliki pengalaman dan popularitas yang besar, Gammon juga menyoroti hambatan yang dihadapi Prabowo terkait masa lalunya, yang masih terkait dengan mantan ayah mertuanya, Presiden Soeharto. Meskipun beberapa pihak menganggap Prabowo memiliki catatan yang kontroversial, mayoritas pemilih tampaknya tidak merasa terintimidasi oleh pandangan tersebut terhadap potensi kepemimpinannya. (Rdks-TP)