banner 728x250

Dolar AS Dorong Rupiah Ambruk, Sentuh Level Rp 15.990

Dolar AS Dorong Rupiah Ambruk, Sentuh Level Rp 15.990
Dolar AS Dorong Rupiah Ambruk, Sentuh Level Rp 15.990
Advertisements

Trendingpublik.Com, Ekonomi – Dolar AS dorong rupiah ambruk. Rupiah kembali melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan pekan ini Jumat (13/12/2024). Pelemahan terjadi di tengah sentimen global yang didominasi oleh data inflasi Amerika Serikat (AS) periode November 2024 yang menunjukkan hasil bervariasi.

Dolar AS dorong rupiah ambruk, melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan hari ini (13/12/2024) rupiah ambruk sebesar 0,44% ke level Rp15.990/US$. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.000/US$ dan terkuat di posisi Rp15,945/US$. Pelemahan ini adalah yang terdalam sejak 7 Agustus 2024 dengan sebelumnya berada pada posisi Rp16.030/US$.

Sejak sepekan ini rupiah terpantau masih menurun sebesar 0,92% dari penutupan perdagangan pekan lalu di posisi Rp15.845/US$.

Seiring dengan pelemahan rupiah hari ini (13/12/2024), Indeks Dolar AS (DXY) alami penguatan sebesar 0,16% tepat pukul 15.00 di posisi 107,13. Penguatan ini menjadi salah satu faktor utama penekan nilai tukar RI hari ini.

Selain tertekan oleh DXY yang menguat, rupiah juga terbebani oleh laporan Indeks Harga Produsen (IHP) AS yang lebih panas dari ekspektasi pasar. IHP AS pada November tercatat tumbuh 3% secara tahunan (yoy), lebih tinggi dibandingkan Oktober yang tumbuh 2,6% dan melampaui perkiraan pasar sebesar 2,6%.

Secara bulanan (mtm), IHP juga meningkat 0,4%, naik dari 0,3% pada bulan sebelumnya dan melebihi konsensus pasar sebesar 0,2%.

Data IHP ini memberikan tekanan karena menunjukkan bahwa tekanan harga dari sisi produsen di AS masih kuat, sehingga menimbulkan keraguan terhadap arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Sementara itu, data inflasi konsumen atau Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada periode yang sama lebih stabil. IHK tumbuh 2,7% (yoy) dan 0,3% (mtm), sesuai dengan ekspektasi pasar. Inflasi inti yang tidak mencakup harga pangan dan energi juga bertahan di level 3,3% (yoy) dan 0,3% (mtm), sama dengan bulan sebelumnya.

Kombinasi data inflasi konsumen yang stabil dan inflasi produsen yang lebih tinggi memunculkan ketidakpastian di pasar terkait kebijakan moneter The Fed.

Meski demikian, sebagian besar pelaku pasar masih optimis bahwa bank sentral AS akan melanjutkan pemangkasan suku bunga pada pertemuan pekan depan.

Namun, ekspektasi tersebut belum cukup kuat untuk mendukung penguatan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Tekanan dari sentimen global membuat investor lebih cenderung mencari aset safe haven seperti dolar AS, sehingga memicu pelemahan rupiah pada perdagangan hari ini.

Di pasar spot, rupiah ditutup melemah hampir Rp16.000/US$ . Pelemahan ini sejalan dengan pelemahan mayoritas mata uang di kawasan Asia yang juga tertekan oleh data inflasi AS dan ekspektasi kebijakan The Fed.

Dengan sentimen global yang masih didominasi ketidakpastian, pergerakan rupiah diperkirakan akan tetap fluktuatif hingga pertemuan The Fed minggu depan memberikan kejelasan arah kebijakan. (tp)